Home / Food And Drink / Komentar Siswa Tangsel Ganggu Pengadaan Bahan Baku MBG

Komentar Siswa Tangsel Ganggu Pengadaan Bahan Baku MBG

southwestobits.com – Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit) melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kepada 4.705 siswa dari 18 sekolah menuai pro dan kontra. Sejak 2 Juni 2025, SPPG Yasmit mengubah metode penyaluran MBG dari makanan siap santap menjadi bahan mentah, berupa beras, buah-buahan, kacang teri atau abon kering, telur rebus, dan terkadang susu.

Perubahan ini menimbulkan beragam reaksi dari para siswa. Di SMA Dua Mei, berjarak kurang dari 1 kilometer dari SPPG Yasmit di Jalan Bulak III Nomor 55, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, siswa kelas 11, Amanda Widyasari, mengungkapkan ketidakpraktisan sistem baru ini. Menurutnya, membawa bahan mentah ke rumah dan mengolahnya menjadi sebuah kendala, terutama bagi siswa yang tidak memiliki kemampuan memasak atau peralatan yang memadai. Senada dengan Amanda, Ruben Johan Tamella, siswa kelas II SMA Dua Mei, meragukan apakah semua siswa mampu dan memiliki kesempatan untuk memasak bahan-bahan tersebut di rumah. Ia juga mempertanyakan ketersediaan alat masak dan kesiapan orang tua untuk mengolahnya. Meskipun mengakui potensi penghematan anggaran bagi pemerintah dengan sistem ini, Ruben tetap menyoroti pentingnya kualitas dan layak konsumsi makanan yang diterima.

Keluhan serupa disampaikan oleh Nilu Made Kartika Dewi, siswi kelas 12. Ia menyinggung kualitas makanan olahan yang seringkali basi, asam, dan tidak segar, termasuk puding lembek dan buah-buahan yang tidak layak konsumsi. Ia bahkan mengingat kejadian serupa saat Ramadhan, di mana kolak yang diberikan dalam paket MBG tidak layak makan. Amanda dan Dewi berharap kualitas makanan dapat ditingkatkan agar layak dikonsumsi.

Namun, tidak semua siswa memiliki pandangan negatif. Azkia, siswi kelas 5 SDN Cempaka Putih 02, misalnya, tidak mempermasalahkan menerima beras mentah karena dapat diolah di rumah.

Ketua SPPG Yasmit, Asfiyah Auliyaillahi Bashiro, menjelaskan bahwa perubahan metode penyaluran MBG menjadi bahan mentah disesuaikan dengan kondisi libur sekolah dan class meeting yang pulang lebih awal. Ia menyebut paket MBG minggu ini berisi beras untuk 5 hari, telur puyuh rebus (1 hari), baby nila crispy (5 hari), kacang kriwil (4 hari), pisang ambon lumut (2 buah), jeruk manis (2 buah), 1 apel malang, dan 1 susu UHT. Bashiro menyatakan komposisi menu telah dihitung sesuai kebutuhan gizi siswa dan sesuai dengan instruksi pemerintah pusat untuk membuat paket makanan seperti saat Ramadhan, yang disesuaikan dengan kreativitas masing-masing SPPG dan ahli gizi. Ia memastikan proses penyaluran MBG telah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

Namun, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan bahwa peralihan menu MBG menjadi bahan mentah bukanlah kebijakan resmi pemerintah. Ia menegaskan tidak ada keputusan sepihak terkait hal ini tanpa landasan kebijakan dari BGN. Saat ini, BGN tengah menyusun petunjuk teknis mengenai penyaluran MBG selama masa libur sekolah.