Legenda hidup Barcelona asal Bulgaria, Hristo Stoichkov, baru-baru ini tampil ke depan publik untuk memberikan respons menohok terhadap kecaman Juergen Klopp atas format baru Piala Dunia Klub 2025.
Juergen Klopp, mantan manajer Liverpool yang kini menjabat sebagai Direktur Sepak Bola Red Bull Group, belakangan ini memantik sorotan tajam di tengah persiapan Piala Dunia Klub 2025. Pria asal Jerman itu secara terbuka melancarkan kritik pedas mengenai format baru turnamen akbar antar klub besutan FIFA tersebut.
Kekhawatiran utama Klopp adalah waktu penyelenggaraan turnamen. Mulai edisi kali ini, kompetisi akan dihelat setelah liga domestik rampung, yaitu pada musim panas, yang seharusnya menjadi periode istirahat bagi sebagian besar klub Eropa sebelum menyambut musim baru. Menurut Klopp, jadwal padat ini berpotensi besar menimbulkan dampak buruk pada kondisi fisik dan mental para pemain.
Selain jadwal, lokasi turnamen di Amerika Serikat juga menjadi sorotan. Klopp menilai kondisi panas ekstrem di sana tidak ramah bagi para pemain. “Saya mengerti bagi beberapa klub, uangnya (hadiah dari turnamen ini) banyak, tetapi tidak semua tim seperti itu,” ujar Klopp dalam interviu aktual bersama Welt am Sonntag.
Ia melanjutkan, “Para pemain tidak punya waktu untuk pulih, baik secara fisik maupun mental. Tahun lalu ada Copa America dan Piala Eropa. Tahun ini Piala Dunia Klub, dan tahun depan Piala Dunia. Kapan mereka bisa beristirahat?” Klopp menyoroti jadwal tanpa henti yang dihadapi pesepak bola profesional.
Mantan nahkoda Borussia Dortmund itu bahkan membandingkan nasib pesepak bola dengan atlet NBA, yang mendapatkan jatah libur hingga empat bulan setahun. Klopp secara spesifik menyebut nama bek tangguh Liverpool, Virgil van Dijk, yang menurutnya tidak pernah memiliki waktu istirahat sebanyak itu.
Secara blak-blakan, Juergen Klopp melabeli Piala Dunia Klub 2025 sebagai turnamen yang “tidak manusiawi.” “Seorang pemain NBA mendapatkan banyak uang dan beristirahat empat bulan setahun. Virgil van Dijk belum pernah mendapatkan istirahat seperti itu, apalagi gaji sebesar itu,” tegasnya.
Klopp mengutarakan kekhawatiran seriusnya akan “gelombang cedera yang belum pernah terjadi sebelumnya” jika kondisi ini terus berlanjut. “Mereka diharapkan memainkan setiap pertandingan seolah-olah itu final untuk 70 atau 75 kali setahun. Tidak bisa terus seperti ini. Tanpa istirahat, bahkan produknya pun kehilangan nilai,” imbuhnya. Ia menambahkan bahwa sepanjang kariernya, ia hanya sekali memiliki persiapan pramusim yang memadai, dan setelah itu timnya harus bermain setiap tiga hari sepanjang tahun – sebuah jadwal yang dianggapnya “tidak manusiawi.”
Kecaman Klopp yang menyentuh isu krusial ini kemudian memantik respons keras dari Hristo Stoichkov, legenda Barcelona yang kini menjabat sebagai staf FIFA. Pria asal Bulgaria itu menyentil balik Klopp dengan argumen yang terkesan menohok dan sarat ironi.
Stoichkov mengingatkan bahwa Liverpool, klub yang pernah dilatih Klopp, juga pernah berpartisipasi dalam Piala Dunia Klub (dengan format lama) dan tentunya mendapatkan keuntungan finansial. Namun, kala itu, Stoichkov mempertanyakan mengapa Juergen Klopp tidak pernah melayangkan keluhan serupa.
“Saya tidak menyangka Juergen akan mengatakan itu,” kata Stoichkov, seperti dikutip dari Marca. “Saya sangat menghormatinya, tetapi mungkin dia sedikit kesal karena RB Salzburg gugur di kompetisi ini dan dia bagian dari Red Bull,” sindir Stoichkov, menyiratkan potensi motif tersembunyi di balik kritik Klopp.
Mantan pemenang Ballon d’Or 1994 ini melanjutkan, “Ketika Liverpool bermain di Piala Dunia Klub sebelumnya, Juergen tidak mengeluh. Ketika mereka menerima uang, tidak ada yang mengeluh. Saya pikir kita harus lebih menghormati turnamen seperti ini.” Argumen Stoichkov berpusat pada konsistensi sikap dan penghargaan terhadap ajang kompetisi global.
Tak hanya soal kelelahan pemain, Hristo Stoichkov juga menanggapi kritik Klopp terkait lokasi turnamen. “Apa yang Klopp inginkan? Pergi bermain di China, Jepang, atau Indonesia, atau ikut kompetisi seperti ini yang memberikan prestise?” tanyanya retoris.
Stoichkov kembali menegaskan argumen intinya: “Liverpool pernah bermain di turnamen ini, dan saya tidak mendengar dia mengeluh. Sekarang tiba-tiba dia mengeluh, mungkin karena tidak ada lagi tim dengan logo Red Bull di turnamen ini,” tutupnya, memberikan pukulan telak yang menyiratkan pandangannya tentang motivasi di balik keberatan Juergen Klopp.