Para pecinta film mungkin jarang menoleh pada animasi dari Armenia, sebuah karya seni yang seringkali kalah populer dibandingkan dengan produksi animasi dari Prancis. Namun, di balik bayangan dominasi tersebut, animasi Armenia menyimpan sejarah dan keunikan tersendiri yang patut untuk dieksplorasi. Salah satu mutiara tersembunyi yang menarik perhatian adalah film pendek animasi berjudul Parvana, yang dirilis pada tahun 1970.
Dikenal dengan judul lengkap The Legend of Parvana Lake, animasi klasik ini merupakan buah karya sutradara Podpomogov Valentin dari studio kenamaan Armenfilm. Kisahnya yang mendalam diadaptasi dari salah satu mahakarya sastrawan dan penyair terkemuka Armenia, Hovhannes Tumanyan, menegaskan akar budayanya yang kuat.
Cerita animasi Parvana berpusat pada seorang putri dari Kerajaan Paravani yang menghadapi sebuah sayembara unik. Demi menemukan pendamping hidup, sang ayah mengadakan kompetisi bagi para pria lajang. Namun, sang putri memiliki kriteria yang berbeda: ia mendambakan seorang pria yang dapat menunjukkan ketulusan cinta sejati, bukan sekadar kemampuan fisik atau materi.
Sayangnya, para pelamar yang datang gagal memahami inti keinginan sang putri. Alih-alih menunjukkan ketulusan hati, mereka justru berlomba-lomba memamerkan keunggulan masing-masing, mulai dari keahlian menebang pohon, berburu, bertarung tanpa senjata, kemampuan makan besar, hingga menampilkan ilusi memukau. Kekecewaan dan amarah bercampur aduk dalam diri sang putri, membuatnya merasa terkhianati sekaligus pilu.
Dalam duka yang mendalam, sang putri tak kuasa menahan kesedihan. Ia terus-menerus menangis, hingga tetesan air matanya yang tak terbendung perlahan-lahan menenggelamkan seluruh kerajaan, termasuk dirinya sendiri, dalam genangan air.
Meski berdurasi sekitar 13 menit dan disajikan sepenuhnya dalam bahasa Armenia, pemahaman akan alur cerita tidaklah menjadi kendala. Kekuatan animasi Parvana terletak pada narasi visualnya yang kuat dan mudah dipahami, melampaui batasan bahasa lisan.
Jika dibandingkan dengan standar animasi modern, kualitas visual animasi klasik ini mungkin terkesan sederhana. Namun, mengingat tahun pembuatannya pada 1970, detail artistik yang dihadirkan patut diacungi jempol. Latar belakang dan karakter-karakter yang digambarkan begitu presisi, lengkap dengan turban, kostum, dan aksesori khas budaya Armenia dan sekitarnya pada masa itu. Nuansa muram dan sedih yang menyelubungi kisah Putri Paravani semakin diperkuat oleh musik latar yang dramatis, secara efektif membangun suasana emosional yang mendalam.
Lebih jauh membahas sejarah animasi Armenia, cikal bakalnya sudah terlihat sejak era 1930-an dan 1940-an dengan kehadiran film-film pendek awal. Setelah sempat mengalami kevakuman, industri animasi di negara tersebut bangkit kembali pada akhir 1960-an, dan secara signifikan meningkatkan kuantitas produksinya di tahun 1970-an. Tema-tema yang diangkat pun beragam, meliputi cerita rakyat Armenia, adaptasi puisi, fabel, fantasi, hingga gambaran kehidupan sehari-hari.