southwestobits.com – Jakarta – Pemerintah melalui Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengumumkan rencana fundamental untuk memperkuat Standar Operasional Prosedur (SOP) di seluruh kawasan taman nasional di Indonesia. Langkah serius ini diambil menyusul insiden tragis yang menimpa Juliana de Souza Pereira Marins, pendaki asal Brasil, yang tewas terperosok di sekitar kawah Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada 21 Juni lalu.
“Kami akan siapkan, benahi SOP, sarana diperbaiki. Dari masyarakat sendiri untuk mengedukasi diri supaya tidak hanya ikut-ikutan tren naik gunung,” tegas Raja Juli dalam keterangan tertulisnya pada Senin, 30 Juni 2025. Perbaikan komprehensif ini tidak hanya berfokus pada Taman Nasional Gunung Rinjani, melainkan menyasar seluruh jalur pendakian gunung di Indonesia demi menjamin keselamatan pendaki.
Pernyataan tersebut disampaikan Raja Juli setelah pertemuan penting dengan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya Mohammad Syafii di Jakarta. Dalam diskusi intensif tersebut, berbagai inovasi untuk meningkatkan keamanan disepakati, termasuk pemasangan papan penanda keselamatan di titik-titik rawan serta penambahan posko keamanan di sepanjang jalur pendakian. Selain itu, pemanfaatan teknologi canggih seperti radio frequency identification (RFID) dan emergency locator transmitter (ELT) akan diimplementasikan untuk kebutuhan deteksi cepat dalam kondisi darurat.
Kementerian Kehutanan juga berkomitmen untuk meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia dengan menggalakkan sertifikasi pemandu wisata dan pendakian. Guna memberikan panduan yang lebih jelas bagi para petualang, sebuah sistem klasifikasi tingkat bahaya di jalur pendakian akan disusun. Klasifikasi ini diharapkan dapat mengarahkan pendaki sesuai dengan tingkat pengalaman dan kesiapan fisik mereka, meminimalkan risiko di kawasan konservasi.
Marsekal Madya Mohammad Syafii menambahkan bahwa peningkatan kapasitas SAR di seluruh kawasan konservasi menjadi semakin krusial. Basarnas akan terus melibatkan masyarakat lokal dan relawan dalam setiap kegiatan SAR. “Termasuk porter lokal yang memiliki kemampuan fisik luar biasa, untuk dilatih dan dipersiapkan sebagai bagian dari potensi SAR,” jelasnya, menekankan sinergi antara lembaga dan komunitas.
Raja Juli Antoni memastikan bahwa pemerintah senantiasa terbuka terhadap segala masukan dan evaluasi dari masyarakat. “Kami justru menerima kritik sebagai sesuatu yang produktif, yang baik, tapi yang tak kalah penting kesadaran dan menyiapkan diri,” ujarnya, menandaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan publik dalam menjaga kelestarian serta keamanan. Pertemuan itu diakhiri dengan penandatanganan nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama antara kedua belah pihak terkait penanganan keadaan darurat di kawasan konservasi, yang juga mencakup edukasi tentang persiapan dan tanggung jawab dalam beraktivitas di alam terbuka.
Pendakian Rinjani Bukan untuk Pemula
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia, Rahman Mukhlis, telah menegaskan bahwa Gunung Rinjani bukanlah destinasi yang cocok untuk pendaki pemula. Pernyataan ini muncul sebagai respons atas perbincangan hangat di media sosial mengenai kecelakaan fatal di gunung api tertinggi kedua di Indonesia tersebut. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Gunung Rinjani dikategorikan memiliki tingkat kesulitan menengah.
Rahman Mukhlis menyarankan agar pendaki memiliki pengalaman yang memadai, setidaknya pernah mendaki beberapa gunung dengan ketinggian di atas 2.500 meter, sebelum mencoba menaklukkan Rinjani di Nusa Tenggara Barat. “Siapkan kemampuan fisik dan teknik dengan matang, perlu pendampingan profesional,” tandasnya, menekankan pentingnya persiapan matang dan bimbingan ahli bagi siapa pun yang ingin menjajal tantangan pendakian Rinjani.
Pilihan Editor: Apa Itu Ekosipasi? Jalan Baru Pembangunan Berkelanjutan