Home / Entertainment / The Phoenician Scheme: Komedi Gelap Wes Anderson yang Wajib Ditonton!

The Phoenician Scheme: Komedi Gelap Wes Anderson yang Wajib Ditonton!

“Ini adalah kecelakaan pesawat keenam Korda yang tercatat,” narator dalam film mengungkapkan betapa luar biasanya nasib karakter sentral kita. Di awal The Phoenician Scheme, kita dibawa ke dalam sebuah adegan dramatis: seorang pebisnis karismatik, Korda (Benedicio el Toro), tampak asyik dengan buku biologinya di dalam jet pribadi sewaan. Sekretarisnya sibuk menjaga dokumen berharga di bangku belakang. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika sebuah bom meledak di belakang, menewaskan sang sekretaris dan membuat pesawat limbung. Kejadian ini bukanlah yang pertama bagi Korda; ia adalah sosok yang diduga licik dan licin, seorang pebisnis yang seringkali menjadi target pembunuhan.

Ajaibnya, meski pesawatnya hancur berkeping-keping, Korda berhasil selamat dari maut. Ia bahkan sempat merasakan ambang batas kematian, sebuah pengalaman yang memberinya kesempatan kedua untuk hidup. Sadar bahwa nyawanya tak selalu berpihak, ia segera memanggil Liesl (Mia Threapleton), puterinya yang kini calon biarawati, untuk dijadikan ahli waris. Langkah ini menunjukkan sisi Korda yang pragmatis, namun juga memicu konflik keluarga yang menarik.

Liesl, dengan sifatnya yang alim dan jauh berbeda dari ayahnya, merasa sangat kesal dengan segala reputasi buruk bisnis Korda. Ia sama sekali tidak tertarik untuk mewarisi kerajaan bisnis yang penuh intrik itu. Liesl datang bukan karena harta, melainkan karena penasaran akan kebenaran di balik kematian ibunya. Korda, yang selalu punya cara untuk mendapatkan apa yang ia mau, berjanji akan mengungkapkan dugaan pelaku pembunuhan itu jika puterinya bersedia menandatangani dokumen ahli waris. Negosiasi yang penuh ketegangan ini menjadi salah satu daya tarik utama film.

Namun, bahaya tak pernah jauh dari Korda. Musuhnya begitu banyak, termasuk pemerintah dari berbagai negara yang bersekongkol untuk menjatuhkan bisnisnya. Korda, yang masih memiliki proyek ambisius bernama Phoenicia, harus membujuk para investornya untuk menyetujui skema investasinya yang berani. Ia mengajak serta Liesl dan seorang tutor biologi sekaligus sekretarisnya yang unik, Björn (Michael Cera). Meskipun sudah ada perlindungan, ancaman pembunuhan terus berdatangan, menciptakan serangkaian kejadian tak terduga yang menjadi ciri khas genre dark comedy.

The Phoenician Scheme adalah bukti kolaborasi apik antara Wes Anderson dan Roman Coppola, dengan Anderson bertindak sebagai penulis skenario, produser, dan sutradara. Film ini juga kembali mempertemukan Anderson dengan jajaran aktor dan aktris langganannya seperti Tom Hanks, Mathieu Amalric, Jeffrey Wright, Scarlett Johansson, Benedict Cumberbatch, Rupert Friend, Bill Murray, dan Willem Dafoe. Wes Anderson memang dikenal dengan kebiasaannya bekerja sama dengan aktor-aktor yang sama berulang kali, sebuah tradisi yang selalu dinantikan penggemarnya.

Bagi para penikmat karya Wes Anderson, gaya visual film ini akan sangat familiar. Film auteur ini tetap setia pada ciri khasnya yang simetri sempurna dan palet warna yang khas, mengingatkan pada tren video ala Wes Anderson yang sempat viral. Ia juga mahir dalam menggunakan narasi yang kuat, pembagian babak yang jelas, serta tema-tema seputar keluarga disfungsional dan hubungan cinta yang tak biasa. Semua elemen ini dihadirkan kembali dengan apik dalam The Phoenician Scheme, membuat setiap adegan menjadi sebuah pengalaman visual yang memanjakan mata dan membuat penonton betah.

Secara sinematik, Anderson menghadirkan transisi yang menarik antara dunia nyata dan alam kematian yang dialami Korda. Dunia nyata digambarkan dengan warna-warna natural yang familiar, sementara pengadilan di alam kematian ditampilkan dalam balutan hitam putih yang kontras. Pilihan visual ini tidak hanya unik, tetapi juga secara efektif memperkuat narasi dan memberikan dimensi tambahan pada perjalanan Korda. Dari segi cerita, kisah keluarga Korda dengan sepuluh anak dari tiga istri ini terasa menggelitik. Cara Korda meyakinkan para investornya dan kejadian-kejadian tak terduga di luar skenarionya, membuat alur cerita sulit ditebak. Dialog antara Korda dan putrinya juga terasa tidak lazim, mencerminkan kontras antara sosok yang licik dan cerdik dengan sosok yang alim dan tegas. Björn tampil sebagai penengah yang lucu di antara keduanya.

Meskipun ada perhitungan skema bisnis yang mendalam, film Wes Anderson ini sebenarnya tidak rumit. Plotnya terasa mirip dengan film-film Anderson sebelumnya, seperti The Royal Tenenbaums dan The French Dispatch of the Liberty, Kansas Evening Sun, hanya dengan latar keluarga dan permasalahan yang berbeda. Para pemeran memberikan kontribusi signifikan, terutama Benedicio el Toro sebagai Korda, Michael Cera sebagai Björn, dan Benedict Cumberbatch sebagai Nubar. Gaya berpakaian Korda yang khas mengingatkan pada salah satu pemimpin di Libya, namun rupanya Wes Anderson terinspirasi dari sosok Calouste Gulbenkian, pengusaha minyak di Armenia, untuk karakter Korda.

Sebagai penggemar setia film-film Wes Anderson, saya tetap menikmati The Phoenician Scheme. Lelucon dan satir khas Anderson menghadirkan perasaan kompleks selama menontonnya, memadukan tawa dengan refleksi mendalam. Secara keseluruhan, The Phoenician Scheme adalah film auteur dengan unsur dark comedy yang kental. Gaya visual dan bercerita Wes Anderson masih sangat terasa dan tidak jauh berbeda dari karya-karya sebelumnya, namun bumbu transisi visual hitam putih memberikan pengalaman sinematik unik. Skor: 8/10.

Tag: